Senin, 19 Maret 2012

Aqua Timez - MASK (Lyric)

Description: 30th Ending Theme Bleach
Lyrics by Futoshi
Composed by Futoshi
Arranged by Aqua Timez
Performed by Aqua Timez

Kizu hitotsu nai kokoro ga doko ni aru no darou ka
Kubimoto wo toorisugiru kaze ni tazunerareta
Mattou na kotae nante mochiawasete wa inai
Hitori hitotsu no inochi iki iki to ikiru dake
Dimana bisa kutemukan hati yang tak miliki satu luka?
Ku bertanya seraya angin bertiup melewati leherku.
Ku tak miliki jawaban yang bagus untuk pertanyaan ini.
Satu orang hanya hidup untuk hidupnya sendiri

Sukoshi dake ao sugita haru ni uchinomesarete
Onaji natsu no hikari wo tomo ni kakiwakete kita
Kimi no eranda michi ni maemuki sa yo, habikore
Mata itsuka tomoshi aemasu you ni
Setelah kita sedikit terpukul jatuh oleh musim semi yang begitu biru,
Bersama kita melewati cahaya musim panas
Di jalan yang kau pilih, aku harap kepositifan akan menyebar
Sehingga kita bisa menyinari jalan satu sama lain lagi suatu hari.

“Kumorazu ni ikite hoshii dakara ame wo kirawanai de”
“Uso wa tsukazu ni ite hoshii sabishiku naru dake dakara”
 “Aku ingin kau hidup tanpa awan gelap lagi, jadi jangan benci hujan ini.”
“Aku ingin kau hidup tanpa kebohongan; kesepian ini akan berakhir.”

Kimi no karada wa sono uchigawa ni ai wo hisomasete hakobu tame ni arunda
Zutto zutto umareta hi kara zutto
Boku mo kimi no kare mo dare mo minna kotoba ni dekizu samayotterunda
Itsuka itsuka todokerareru you ni tte
Cinta tersembunyi didalam tubuhmu, sehingga kau bisa membawanya ke suatu tempat suatu hari,
Untuk selama-lamanya, sejak hari kau terlahir.
Kau, aku, dan setiap orang, semuanya mengembara karena kita tak bisa menaruhnya kedalam kata-kata.
Kita hanya berharap bahwa suatu hari, kata-kata ini akan menjangkaumu.

Hito no wa ni hairisobire dou suru koto mo dekizu
Kodoku to iu kyoten de kisetsu wo kikaeru dake
Gyakufuu ni dakare nagara iki taeteku negai wa
Sorezore ga motsu omoi no naka ni dake sumitsuku
Tak sanggup tuk siapkan diri kedalam masyarakat, kita tak berdaya.
Atas nama kesepian, kita melihat satu demi satu musim.
 Berharap tuk mati perlahan-lahan melawan arus
 Hanya akan menempatkannya dalam setiap pikiran kita.

Koko de wa nai dokoka ni nigete shimaitakutte
Jibun ja nai dareka ni natte shimaitakutte
Toriaezu haritsuketa egao no ichimai oku
Hito wa nani wo hoshigaru no darou
Kita ingin lepas dari tempat lain selain dari tempat kita sekarang ini.
Kita ingin menjadi orang lain selain diri kita sekarang ini.
Saat waktu kita memakai topeng tersenyum.
Apa hanya ini yang sesungguhnya diinginkan orang?

Nesobetta shibafu no ue sukoshi dake naita ato ni
DOONATSU no ana kara nozoku sora ga amari ni aokute kondo wa omoikiri naita
Tidur terlentang diatas rumput, setelah aku sedikit menangis,
Aku mengintip dari lubang donat, melihat indahnya langit biru, dan menangis sampai hatiku terisi.

TAIMU MASHIN ga nakutatte iinda ima wo daiji ni dekitara iinda
Kedo kedo koukai wo tebanasezu
Itsuka yorisou tame ni hitori ni natta hitotsu ni naru tame kakera ni natte
Sou sa sou da yo
Isshou no uchi ni ma ni au you ni tte
Aku tak butuh mesin waktu. Ku hanya perlu menghargai sampai dengan saat ini.
Tapi, tapi, tak sanggup tuk biarkan pergi dari penyesalanku,
Aku menjadi sendirian saat mencoba tuk temukan orang lain, menjadi kepingan saat mencoba menjadi utuh.
Ya, itu benar,
Ku harap ku bisa membuatnya di waktu sampai seumur hidupku.

Kimi ga kureta ano omoi ni kirei na namae nado nakute mo
Kimi ga kureta ano omoi wa kioku no sora wo maitsuzukeru
Jika tak ada nama indah yang terpikir kau berikan padaku,
 Pikiran itu masih akan menari dengan lincah dalam langit kenangan.

“Kumorazu ni ikite hoshii dakara ame wo kirawanai de” to
“Uso wa tsukazu ni ite hoshii sabishiku naru dake dakara” to
“Aku ingin kau hidup tanpa awan gelap lagi, jadi jangan benci hujan ini.”
 “Aku ingin kau hidup tanpa kebohongan; kesepian ini akan berakhir.”

Boku no naka de maigo ni natta kodoku wo kimi wa sagashi dashite dakishimete kureta
Mou ne naite iinda yo tte
Korae kireru you ni natte shimatte kanashii no ni nakenakatta
Boku zutto boku zutto nakitakattanda naa
Kau temukan dan memeluk kesepian denganku ketika aku telah kehilangan jalan,
 Dan berkata padaku bahwa ini akan baik-baik saja jika ku menangis sekarang.
Aku berusaha untuk tak menangis, tak peduli betapa sedihnya perasaanku.
Tapi untuk kali ini, aku selalu ingin menangis.

Kokoro ni mo kabusenai de omoikiri waraitakattanda
Aku selalu ingin tersenyum bebas, tanpa memakai topeng hatiku.


Japanese
傷一つない心が どこにあるのだろうか
首元を通り過ぎる 風に尋ねられた

真っ当な答えなんて 持ち合わせてはいない
一人一つの命 生き生きと生きるだけ

少しだけ青すぎた 春に打ちのめされて
 同じ夏の光を 共にかき分けてきた
君の選んだ道に 前向きさよ蔓延れ
 またいつか 灯しあえますように

曇らずに生きてほしい
だから雨を嫌わないで
 嘘はつかずにいてほしい
 淋しくなるだけだから

君の体は その内側に
 愛を潜ませて 運ぶためにあるんだ
ずっと ずっと
生まれた日から ずっと
僕も君も彼も誰もみんな
言葉にできず 彷徨ってるんだ
 いつか いつか
届けられるようにって

Senin, 16 Januari 2012

Sagittarius Dwarf Galaxy – Bintang Berekor Empat?

Interaksi galaktik bisa menyebabkan efek besar pada bentuk piringan galaksi. Lantas apa yang akan terjadi jika terdapat sebuah galaksi kecil yang bercampur dengan bagian dari Galaksi Bima Sakti? Hasilnya tidak cantik, mengacu pada pengamatan oleh Tim astronom Sergey Koposov dan Vasily Belokurov (Universitas Cambridge), akan terjadi sungai bintang mengalir dari galaksi tetangga, Sagittarius Dwarf Galaxy.
Peta yang menunjukkan sejumlah bintang yang termasuk ke dalam aliran Sagittarius. Garis putus-putus merah merupakan jejak aliran Sagittarius, dan elips biru di pusat menunjukkan lokasi Sagittarius Dwarf Galaxy. (kredit gambar: S. Koposov dan kolaborasi SDSS-III)
Dengan menganalisis data terbaru  dari Sloan Digital Sky Survey (SDSS-III), tim tersebut menemukan bahwa dua aliran bintang di belahan selatan galaksi yang tercerai berai dari Sagittarius dwarf galaxy. Penemuan ini juga menghubungkan penemuan sebelumnya, yaitu dua aliran yang terletak di belahan utara galaksi. Hal ini membuat Sagittarius seperti binatang yang memiliki empat ekor.
Koposov menjelaskan fenomena tersebut, jika galaksi kerdil jatuh ke galaksi yang lebih besar, membuat aliran atau ekor, bintang-bintang akan terdorong dari galaksi oleh gaya pasang surut yang sangat besar.
Sagittarius dwarf galaxydahulunya merupakan salah satu galaksi satelit paling terang. Sekarang ia berada di sisi lain Galaksi kita, dan sedang dalam proses tercerai berai karena gaya pasang surut. Diperkirakan bahwa Sagittarius dwarf galaxy kehilangan gas dan  separuh bintang-bintangnya lebih dari milyaran tahun yang lalu.  Sebelum dilakukan analisis data SDSS-III, diketahui bahwa Sagittarius memiliki dua ekor—satu di depan dan satu di belakang sisa-sisanya. Penemuan ini diperoleh dari citra SDSS yang secara spesifik studi tahun 2006 menemukan bahwa ekor Sagittarius di belahan galaksi utara tampak  sobek menjadi dua.
Ilustrasi seniman tentang empat ekor dari Sagittarius Dwarf Galaxy (gumpalan berwarna oranye di sebelah kiri gambar) mengorbit Bima Sakti. Matahari tampak berupa lingkaran kuning terang di sebelah kanan pusat Galaksi (skala tidak diperhitungkan). Kredit gambar: Amanda Smith (University of Cambridge)
Dengan menganalisis peta densitas lebih dari 13 juta bintang di data  SDSS, diketahui aliran Sagittarius di Selatan juga pecah sobek menjadi dua. Satu aliran lebih tebal dan terang, sedangkan aliran satunya lebih tipis dan redup. Aliran yang lebih redup lebih sederhana dan lebih miskin logam, sementara yang lebih terang lebih kompleks dan kaya akan logam.
Sementara itu, penyebab dari gaya pasang surut yang menghasilkan ekor galaksi tersebut belum diketahui. Astronom percaya bahwa kemungkinan Sagittarius dwarf galaxy merupakan bagian dari sistem galaksi ganda, seperti Awan Magellan Besar dan Kecil, yang tampak di belahan Bumi selatan. Meskipun penyebab ekor pada galaksi tersebut belum diketahui, bisa diketahui bahwa banyak galaksi yang lebih kecil yang tercerai berai atau diserap oleh Bima Sakti

Minggu, 08 Januari 2012

Bintang Yang “Tak Pernah Ada”





Bintang SDSS J102915+172927 yang memiliki elemen berat paling sedikit. kredit : ESO/Digitized Sky Survey 2
Bintang yang ditemukan para pengamat tersebut merupakan sebuah bintang redup di rasi Leo (Sang Singa) dan diberi nama SDSS J102915+172927. Ia adalah bintang yang ditemukan memiliki jumlah elemen berat paling sedikit dari semua bintang yang sudah dipelajari. Elemen berat disini maksutnya elemen yang lebih berat dari helium atau yang disebut sebagai elemen logam oleh astronom. Massa SDSS J102915+172927 lebih kecil dari Matahari dan usianya lebih tua dari 13 milyar tahun.
Berdasarkan teori, bintang bermassa rendah dan memiliki jumlah logam yang sangat sedikit tak seharusnya ada karena awan materi dari pembentuknya tidak akan dapat berkondensasi. Mengapa demikian?

Teori pembentukan bintang mnyebutkan bintang dengan massa rendah seperti SDSS J102915+172927 (sekitar 0,8 massa Matahari atau lebh rendah) hanya akan terbentuk setelah ledakan supernova memperkaya medium antar bintang di atas harga kritis. Ini dikarenakan elemen berat akan bertindak sebagai agen pendingin yang membantu untuk meradiasikan keluar panas dari awan gas yang akan runtuh untuk membentuk bintang. Tanpa elemen berat tersebut, tekanan yang disebabkan oleh panas akan sangat kuat dan gravitasi awan akan terlalu lemah untuk mengatasi tekanan tersebut. Akibatnya awan akan runtuh.  Salah satu teori menyebutkan, agen pendingin tersebut diidentifikasikan sebagau karbon dan oksigen. Dan di dalam bintang SDSS J102915+172927, jumlah karbon sangat sedikit bahkan lebih rendah dari jumlah minimum yang dibutuhkan agar ia bisa efektif bekerja sebagai agen pendingin.
Jadi penemuan bintang tersebut untuk pertama kalinya, menempatkan sang bintang pada “area terlarang”, yang artinya lagi, para astronom harus meninjau kembali model pembentukan bintang.
Menarik bukan? Ilmu pengetahuan tidak pernah statik.
Elemen Berat di SDSS J102915+172927
Analisa terhadap SDSS J102915+172927 dilakukan menggunakan X-shooter dan instrumen UVES di VLT. Para astronom kemudian mengukur kelimpahan berbagai elemen kimia yang ada di dalam bintang. Hasilnya cukup mengejutkan, karena elemen berat di SDSS J102915+172927 sangat sedikit dengan jumlah lebih dari 20000 kali lebih sedikit dibanding yang ada di Matahari.
Penelitian yang dipimpin oleh Elisabetta Caffau (Zentrum für Astronomie der Universität Heidelberg, Jerman dan Observatoire de Paris, Prancis) dan diawasi oleh Piercarlo Bonifacio (Observatoire de Paris, Prancis) memang memberi cerita menarik bagi pembentukan bintang. Karena bintang yang dianggap tak mungkin ada bisa ditemukan keberadaannya di alam semesta. Bintang SDSS J102915+172927 memang merupakan bintang redup yang miskin elemen berat atau logam. Dalam pengamatan pertama yang dilakukan oleh tim astronom ini mereka hanya bisa mendeteksi satu tanda keberadaan elemen berat yaitu kalsium.
Untuk menemukan lebih banyak tanda keberadaan logam di bintang tersebut, para peneliti kemudiann mengajukan penambahan waktu penggunaan teleskop ESO agar mereka dapat meneliti si bintang lebih detil dengan waktu eksposur lebih panjang.
Usia Bintang
Kosmolog berpedapat bahwa elemen kimia ringan yakni hidrogen dan helium terbentuk sesaat setelah Big Bang (Dentuman Besar), bersama dengan lithium. Sedangkan hampir semua elemen lainnya baru terbentuk kemudian di dalam bintang. Ledakan supernova-lah yang kemudian menyebarkan materi bintang ke medium antar bintang dan memperkaya medium antar bintang dengan logam. Bintang baru yang terbentuk dari medium ini akan memilki jumlah logam yang lebih  banyak dalam komposisi pembentuknya dibanding bintang tua. Itulah sebabnya jumlah logam di dalam bintang bisa memberikan informasi usia bintang.
Mengingat bintang SDSS J102915+172927 memiliki kandungan logam yang miskin, artinya ia tergolong bintang yang sangat primitif atau dengan kata lain bintang ini merupakan bintang tertua yang pernah ditemukan.
Yang mengejutkan adalah kurangnya lithium di SDSS J102915+172927. Bintang seperti ini seharusnya memiliki komposisi yang mirip dengan alam semesta sesaat setelah Big Bang, yang hanya memiliki sangat sedikit logam. Tapi para peneliti menemukan hal yang berbeda di bintang ini. Jumlah lithium di bintang SDSS J102915+172927 berkisar 50 kali lebih kecil dari yang diharapkan ada dari materi yang dihasilkan setelah Big Bang.
Jadinya bisa dikatakan kalau bintang ini masih menyimpan misteri mengapa lithium yang baru terbentuk di awal alam semesta bisa hancur di dalam bintang SDSS J102915+172927.
Tim ini juga berhasil mengidentifikasi lebih banyak lagi kandidat yang tampaknya memiliki ciri yang sama dengan SDSS J102915+172927 bahkan kemungkinan ada yang lebih rendah kandungan elemen beratnya. Untuk itu di masa depan para astronom akan melakukan pengamatan lebih lanjut dengan VLT (Very Large Telescope)

http://langitselatan.com/